MEMBANGUN KARAKTER ENTREPRENEURSHIP ISLAMI
Agar karakter entrepreneurship ini dapat terbangun, maka diperlukan
manusia-manusia yang bermental entrepreneur yang mempunyai kearifan lokal.
Bukan hanya manusia yang mampu menciptakan kreasi dan inovasi baru, akan tetapi
manusia yang selalu mendengarkan apa kata hatinya yang sesuai dengan fitrah
manusia. Makna entrepreneur itu sendiri mencakup tiga hal penting, yaitu:
creativity innovation, opportunity creation, dan calculated
risk-taking. Jika entrepreneur itu dimengerti dalam tiga hal tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa setiap manusia terlahir sebagai entrepreneur dengan
potensi kreatif-inovatif, pencipta peluang yang handal, dan pengambil risiko
yang berani. Sangat jelas bahwa negara kita ini sangat membutuhkan pribadi yang
produktif yang menjalankan segala sesuatu sesuai dengan fitrahnya sebagai
manusia. Fitrah disini bersifat universal dan tidak berubah, yaitu berupa
kecenderungan manusia untuk bertauhid, yakni mengimani dan hanya menyembah
Allah.
Menurut Yunus, manusia mempunyai potensi menjadi entrepreneur
karena manusia memiliki keterampilan bertahan hidup, yaitu kemampuan manusia
untuk memperoleh apa yang dibutuhkan dari lingkungannya, mengantisipasi,
mengelola, dan memimpin perubahan yang ada di sekitarnya, sehingga dapat
mempertahankan hidup dan memperoleh kehidupan yang layak dan bermakna.
Keterampilan bawaan untuk bertahan hidup ini berlaku pada semua anak yang dilahirkan
dalam kemiskinan maupun keberlim-pahan, berlaku pada semua usia, lintas budaya,
gender, dan ras.
Para ahli mengemukakan beberapa teori acuan untuk melaksanakan
pendidikan entrepereneurship itu sendiri, yaitu diantaranya Teori Humanisme
yang dimotori Abraham H. Maslow memandang manusia pada dasarnya baik, memiliki
potensi tidak terbatas, berdaulat dan memiliki otoritas atas kehidupannya
sendiri, sehingga ia dapat dimintai pertanggung-jawaban. Teori selanjutnya
berupa Teori Perkembangan Karier yang merupakan persoalan sepanjang hayat,
karena itu setiap orang berkewajiban untuk mencari dan mengembangkan ilmu untuk
menemukan teknologi baru terkait gaya hidup masyarakat pada zamannya. Teori Multiple
Intelligences yang memaparkan gambaran mengenai spectrum kecerdasan yang luas
agar membuka mata para orang tua maupun guru tentang adanya wilayah-wilayah
yang secara spontan akan diminati oleh anak-anak dengan semangat yang tinggi.
Penelusuran minat dan bakat anak dapat dilakukan melalui kegiatan bermain, belajar,
dan berkarya. Teori-teori tersebut sangat membantu untuk menjalankan pendidikan
entrepreneurship yang konsepnya tidak lepas dari diskusi klasik para ahli
pendidikan tentang nature versus nurture.
Berbicara mengenai pendidikan kewirausahaan, tentu terdapat
landasan etik yang harus dimiliki, yaitu Iman dan Takwa, Sabar dan Syukur,
Sodakoh (Kontribusi) dan Silaturahmi, kemudian Ikhtiar dan Tawakkal. Pendidikan
memang menjadi sangat penting saat kita menginginkan untuk maju dan sangat erat
kaitannya dengan lembaga yang bernama sekolah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh sekolah kewirausahaan yaitu
Kompetensi Lulusan, Taksonomi Pendidikan Wirausaha, Strategi Pendidikan
Kewirausahaan, Model-model Pendidikan Kewirausahaan, dan Manajemen Sekolah Kewirausahaan.
Di dalamnya dibahas tentang EQ yang merupakan kemampuan mengenali perasaan diri
sendiri dan orang lain yang terdiri dari lima unsur, yaitu Kecakapan Diri,
Pengaturan Diri, Kemampuan Memotivasi Diri, Empati, dan Keterampilan Sosial. EQ
sangat penting untuk pembentukan mental dan karakter entrepreneur karena dengan
EQ kita mampu membawa diri dan memposisikan diri sesuai dengan situasi dan
kondisi yang sesuai. Juga terdapat SQ yang tidak kalah penting yaitu merupakan
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai,
moralitas, tujuan hidup, cinta, kerendahan hati, pengabdian kepada Allah, dan
pelayanan kepada masyarakat dengan mengedepankan intuisi. Orang-orang yang
memiliki SQ tinggi, memilih untuk bertindak berdasarkan tujuan dengan memegang
teguh pada prinsip.
Insan wirausaha memiliki tiga kemampuan utama, yakni jihad,
ijtihad, dan mujahadah. Ini digunakan sebagai modal untuk memperkenalkan
sesuatu yang baru kepada masyarakat mengharapkan bahwa insan tersebut bukan
hanya mampu menciptakan, tetapi juga menawarkan. Mampu menjual dan memasarkan
inspirasi dan penemuan orang lain untuk menjadi bisnis. Tentunya kecakapan ini
bisa didapatkan pada sekolah entrepreneur yang manajemennya terkelola dengan
baik berdasarkan prinsip-prinsip korporasi, dengan mengedepankan etika, kultur
dan sistem nilai yang mencerminkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar
komentarin dong... :(